Tuesday, May 29, 2012

Mewarisi Anak Permainan Tradisional

Melatih bermain egrang bagian dari
mewarisi anak permainan tradisional
Metanarasi. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia berujar JASMERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Saya tidak sedang menulis sejarah bangsa ini. Kata Bung Karno tersebut ingin saya cuplik kedalam konteks sejarah diri kita, terutama yang dibesarkan dan hidup dari lingkungan pedesaan. Saya ingin menarik sebuah kehidupan masa kecil/anak-anak dari sebagian kehidupan masa lalu kita yang dibesarkan dalam budaya pedesaan yang kaya berbagai permainan tradisional.

Bagi Anda yang memiliki sejarah hidup masa kecil tentu Anda memiliki segudang bank permainan tradisional. Jika sejarah hidup di masa kecil Anda demikian, yakni pernah menjadi pelaku permainan tradisional maka beruntunglah Anda karena pengalaman tersebut menjadi bekal positif guna mendukung cara asuh anak Anda sehingga mampu menciptakan daya dukung perkembangan anak. Daya dukung yang murah, memories, dan bisa menurunkan ketegangan seperti stress dan refreshing jika permainan yang kita mainkan kembali di masa lalu, tetapi sekarang dimainkan bersama-sama dengan anak Anda.

Jangan buang pengalaman masa lalu tersebut. Permainan tradisional telah menjadi sejarah hidup maka wariskan pada generasi mendatang melalui proses transmisi belajar memainkan kembali pada anak-anak Anda. Belajar memainkan permainan tradisional banyak membantu perkembangan motorik anak, kematangan sosialisasi, membantu proses perkembangan emosi sosial anak, praktik latihan pengambilan keputusan dalam sebuah hubungan dan bahkan menstimulasi perkembangan kognitif dan moralitas anak.
Mewarisi anak permainan tradisional jauh lebih penting disaat anak mulai dikikis tumbuhkembang mereka dengan lingkungan yang kurang suportif seperti terlalu banyak duduk di depan televisi, lebih menyukai game komputer, online, playstation dan permainan mitasi yang biasanya bercorak konsumtif, bahkan terkadang membahayakan anak.

Bagi orang tua, misalnya Anda memiliki pengalaman masa lalu dengan sejumlah permainan tradisional, saya katakan Anda adalah orang yang beruntung karena hal tersebut justru akan menambah kompetensi pengasuhan. Dengan mewariskannya berarti tanggungjawab membantu tumbuh kembang anak akan menjadi lebih maksimal dan mudah sehingga kualitas dan ketrampilan pengasuhan kita akan menjadi semakin baik. Permainan tradisional lebih unggul dari permainan modern dilihat dari proses pembuatan, fungsi, dan cara memainkannya. Jika dipikir-pikir dari segi proses pembuatannya, permainan tradisional menuntut proses kreatif dan membiasakan anak atau orang tua menciptakan sesuatu. Kita tahu permainan tradisional sulit diperoleh dengan cara membeli, kecuali jenis permainan tradisional yang sudah menjadi komoditas.

Kalau ingin memainkannya, terlebih dahulu harus dibuat sendiri. Bahan-bahannya kadang bisa dibeli atau mengumpulkan dari alam di sekitarnya. Suatu contoh membuat kereta dorong dari serabut kelapa. Seorang anak perlu mencari bahannya kemudian mereka dituntut merancang polanya dan membuat sesuai dengan bentuk yang sudah diinginkan.

Membelajari mencipta aktif
Agar si anak bisa bermain dia harus berjuang membuat/merangkai permainan terlebih dahulu. Tidak ada yang instan di sini. Melalui proses ini anak-anak dilatih berpikir mencipta. Perpaduan kinerja dalam proses mengadakan permainan dengan demikian mensinergikan, meminjam bahasa Bloom, hidupnya penalaran (kognitif) untuk memahami pola desain mainan, kemudian menerjemahkan kedalam bentuk riil sebagai bagian dari proses keahlian psikomotorik, dan afektif seperti melibatkan kerjasama dengan teman sebayanya untuk saling membantu mewujudkan proyek membuat mainan tersebut.

Pelibatan emosional dalam proses kerjasama juga dapat dibentuk oleh orang tua dengan cara membuat permainan secara bersama-sama. Dalam proses ini orang tua dapat membelajari anak sebuah kerja tim dalam beberapa pembagian tugas untuk memproduksi permainan. Kerjasama ini juga memperbaiki kualitas hubungan dalam pengasuhan, saling berdiskusi interaktif, nilai-nilai interpersonal juga bertransformasi diantara dua orang yang masing-masing harus saling mengintegrasikan dua kepentingan untuk satu tujuan.

Proses pewarisan berjalan secara natural dan permainan tradisional tetap mampu bertahan melintasi zaman. Pewarisan permainan tradisional juga merupakan proses budaya karena ada motif reproduksi atau merekonstruksi kemampuan daya cipta dan mempraktikkannya menambah obyektifikasi budaya masyarakat yang tetap diterima melintasi zaman.

Memainkan permainan tradisional akan menambah peningkatan perkembangan motorik anak dan dapat digunakan melatih kemampuan koordinasi motorik sehingga anak terbantu memaksimalkan pertumbuhan fisik yang seimbang. Anak yang motoriknya berkembang dengan baik akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan terampil secara fisik.

Suatu contoh belajar bermain egrang. Anak akan belajar menyeimbangkan motorik diantara gerak kaki dan tangan. Latihan koordinasi motorik sangat positif karena akan membangun ketangkasan, kepekaan gerak reflek dan memicu kesehatan fisik. Perkembangan motorik tetap harus diperhatikan sebagai bagian dari tugas perkembangan.

Banyak pilihan permainan tradisional yang sangat cocok untuk membantu perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik yang semakim terasah akan meningkatkan, memimjam bahasa Gardner, kecerdasan kinestetik. Jika Anda kemudian jeli mengamati, anak-anak yang mudah beradaptasi memainkan permainan tradisional seperti egrang misalnya, anak-anak ini bisa jadi cerdas kinestetiknya. Anak-anak ini akan menyukai dan dapat berkembang menjadi olahragawan, penari dan keahlian yang didasari oleh optimalisasi kinestetik anak.

Meskipun itu tidak harus menjadi hasil akhir, namun sebagaimana dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat, gerak fisik sangat membantu kecerdasan otak karena akan menghantarkan percik aliran listrik ke pusat syarat di otak sehingga membantu otak bekerja dengan maksimal. Oleh karena itu, dalam situasi belajar, Jalaluddin Rakhmat menganjurkan agar anak tidak dipaksa diam tanpa gerak. Gerak motorik dengan demikian sangat bermanfaat dalam proses kinerja otak.

Saya sendiri mencoba mewariskan permainan egrang ini selain sebagai fungsi memperbanyak pilihan dan kreasi anak untuk bisa bergembira, dan membantu perkembangan motorik anak, ada aspek budaya yang dimiliki dan lahir dari daya cipta kita sendiri. Anak yang bisa memainkan berarti dia telah menerima bagian produk budaya dan dan dapat mereproduksinya di kemudian hari.

Pewarisan permainan tradisional mentransmisikan nalar budaya dan mengenalkan anak akan praktik berbudaya sejak dini. Betapa berharganya permainan tradisional yang menghidupkan kreatifitas anak-anak yang jika sebagai orang tua sadar turut melestarikannya setidaknya akan menurunkan indoktrinasisi mental anak dari penguasaan Telivisi, Play-station, permainan imitasi atau bentuk permainan moderns yang cenderung semata-mata memenjara anak-anak dalam kesenangan dan kecenderungan individualistik. Permainan tradisional juga membebaskan anak-anak agar tidak menjadi individu yang pasif dan terbuai oleh hipno-visual dan semata-mata konsumtif.

Pewarisan permainan tradisional adalah ruang budaya yang dihidupi melalui ranah keluarga. Proses pewarisan juga menjadi instrumen sosialisasi yang membentuk anak mencintai dan melestarikan produk budaya sendiri. Sisi lain pewarisan melibatkan dinamika interaktif orang tua anak sehingga hubungan tersebut menambah kualitas kasih sayang yang mulai terlupakan oleh sebagian orang tua masa kini karena terlalu terfokus pada pekerjaan dan pengasuhan yang biasanya diambil alih oleh babysister.

Pewarisan dengan demikian orang tua dituntut lebih peduli dan terlibat dalam seluruh proses pengasuhan. Pewarisan juga bagian dari wujud tanggungjawab sebagai orang tua untuk memberikan peninggalan berupa hasil karya.

No comments: