Sunday, April 15, 2007

catatan perjalanan di Parangkusumo

Kelaminku adalah Sajadah

Parangkusumo. Sebuah desa tepi pantai tetangga Parangtritis Yogyakarta. Semburat manusia beragam identitas dan bertumpuk hasrat dari tingkatan libidinal sampai maqamat mistik. Deru manusia menakar berbagai hasrat. Malam dengan tumpukan nafsu, taring penis dan vagina bergelantungan ibarat tembikar tak teranyam memecah bisu malam. Waktu yang seharusnya tidur bersanding dalam keteduhan rumah tidak berlaku bagi situasi malam Parangkusumo.

Parangkusumo malam Jum'at Kliwon adalah aura tuhan dan setan bersatu membangun malam. Perselingkuhan surga dan neraka mendedikasikan tahajut tanpa prasyarat tidur. Tahajut Parangkusumo adalah dunia setan dan tuhan. Dua hasrat yang bercampur antah berantah tak kunjung bersenarai membentuk alunan mistik dan perjumpaan dalam dunia ekstase.

Malam Jum'at Kliwon adalah diktum dan mistisisme Jawa yang agung. Ia merajut kekuatan-kekuatan magis yang harus dicuri agar barakah tak bergelantungan tanpa sasaran. Mungkin malaikat juga bingung mencatat hiruk pikuk perayaan di Parangkusumo. Masjid diselingkuhi buah dada yang semburat gratis di pajang di dekat masjid. Sekedar memandang untuk mencari hiburan atau mengontraknya untuk ejakulasi dengan making love, terpenuhi. Atau sekedar belajar ejakulasi dini untuk tahu buah dada yang imut, pluralis, menohok atau bahkan sedikitpun tidak sanggup ejakulasi, alias impotens dini, karena fenomena terasing malam Jumat Kliwon Parangkusumo adalah sumsum tanpa tanding sebuah hikayat setan dan tuhan.

Mereka meniduri masjid dan menyembah batu di dekat masjid. Bukan masjid yang diyakini memiliki aura barakah. Seonggok batu tempat percumbuan "panembahan senopat dan nyai roro kidul" lebih potensial mendatangkan spirit barakah. Masjid seolah penjemburu, tidak laku dan sebatas sebagai medium tidur, melamun dan menunggu peziarah "batu" demi sebuah cita-cita tentang pelaris, rezeki, masa depan cerah dan harmoni kehidupan yang diimpikan dalam pemujaan di altar batu.

Dengan altar sajadah di dekat batu, memohon dipujakan untuk kelancaran rizki, penglaris, dihidupi kebahagiaan, dimudahkan pekerjaan dan sebagainya. Jika menginginkan bawalah satu atau beberapa bungkus kembang yang bisa dibeli dari situ lantas taburkan di atas batu dan cari satu atau dua kembang kantil, niscaya barakah ada dalam gengamanmu. Atau lelah dan anda belum shalat, anda bisa menjama' shalat anda di Masjid atau mungkin kalau lelah masjid menjadi tempat paling jitu untuk merebahkan badan. Jika ereksi tak tertahan melihat bergelantungan buah dada sebagai pemandangan hidup di depan masjid sementara anda tidak sanggup memboking dia untuk melayani nafsu birahi karena takut dosa, datanglah ke masjid, redamkan ereksi anda dengan bertasbih atau hanya tidur saja, itu bisa tersedia fasilitasnya di masjid atau jika ingin memuja lagi, beli kembang telon lalu cari kembang kantil. Sebelumnya jangan lupa memberi upeti atau sedekah untuk dipujakan oleh ahlinya agar cepat memperoleh barakah.

Parangkusumo adalah tempat multidimensional. Ia adalah pasar dan berlaku hukum pasar. Ia adalah tempat pertunjukan dan berlaku hukum menonton. Ia merupakan tempat ziarah seks dan berlaku hukum transaksi seks. Ia juga tempat memuja dan berlaku hukum persembahan. Ia menyediakan fasilitas shalat bagi mereka yang datang tetapi masih punya tanggungan shalat. Jika letih atau kecapekan tersedia tempat terbuka remang-remang untuk pijat mungkin guna meregangkan ereksi penis yang tidak kuat menahan hamburan tubuh seksi dan buah dada seperti bintang hollywood. Menu ini tinggal pilih niscaya anda akan mendapati apa yang mungkin bisa ingin lakukan di tempat itu juga. Budaya pop dan budaya lokal campur baur. Antara tubuh seksi dan tubuh yang menutup aurat juga merebut realitas malam Jumat Kliwon
di Parangkusumo.

Tak ayal sebuah perayaan seks juga menjadi medium perayaan yang berbaur dalam efek multidimensional. Mata lelaki beringas menatap mencari mangsa berkeliaran bagai harimau-harimau liar siap menerkam dan menyeret utuh tubuh perempuan yang berkeliaran di altar Parangkusumo. Tidak peduli anda pelacur bukan, tatapan mata itu mengisyaratkan anda agar mau menjadi budah penis laki-laki hidung belang. Karena tinggal satu menit transaksi, di area itu juga anda bisa memboking kamar untuk bermunajat mencari mepuasan libidinal anda.

Parangkusumo adalah dunia kompromi multidimensional dan perjumpaan realitas "syirik, "bid'ah", "takhayul" (menurut pandangan agama jika mengadili ritus mistik), seks, pertunjukan, tempat ibadah (Masjid), kompleks melacur, pemijatan, pasar, tempat parkir, hiruk pikuk nyanyian dari musik jalanan, ada tubuh pop sekaligus tubuh lokal. Parangkusumo adalah laboratorium berdamainya dunia setan dan dunia tuhan. Mereka tidak saling penjemburu karena hadir dalam dimensi dan simbol-simbolnya masing-masing. Di situ tidak saling menghujat, mereka seolah walaupun aktif dalam kegiatan masing-masing namun tempatnya menyimbulkan bagaimana dunia esek-esek, pasar, pertujukan, bisnis warung, bisnis pijat, bisnis persewaan kamar (penginapan dan parttime kamar untuk bersenggama) begitu berdamai dan membiarkan fenomena itu berharmoni dengan kebutuhan masing-masing orang. Semua bisu dalam keramaian dan jatidiri tak lagi dipermasalahkan. Apakah anda kyai, orang kaya, miskin, pelacur, hidung belang, priyayi, abangan, pedagang, pemijat, dosen, mahasiswa, pejabat dan seambruk atribut identitas semua berbaur dan tidak dipersoalkan kehadirannya. Atribut itu telah lebur sebagai pertanda hadirnya malam Jumat Kliwon di Parangkusumo.

Si pelacur atau hidung belang nikmati sajadahmu untuk menemukan tuhanmu dalam pertemuan kelaminmu. Bagi yang ingin barakah silahkan melakukan pemujaan di situs yang tersedia. Bagi yang capek berpijatlah. Bagi yang capek juga bisa bersantailah di serambi masjid. Bagi yang ingin menontong tubuh perempuan dan mode transaksi silahkan menguping di dekat pasangan yang sedang bernegosiasi. Bagi yang ingin menonton pertunjukkan wayang silahkan. Ingin berbelanja silahkan. Ingin sholat silahkan, ada masjid besar yang "nyaman" untuk sholat. Atau bagi yang ingin coba-coba menjadi mangsa, terutama perempuan, tataplah laki-laki dan rasakan mata harimau mengincar mangsanya… rasakan bagaimana tatapan itu sebagai kekuatan setan atau tuhan. Cobalah datang dan simulasikan sekaligus beri ruang maknawiah dari tatapan itu. Silahkan perempuan mencoba menu ini di malam Jumat Kliwon di Parangkusumo.

Kelaminku adalah sajadah tuhan. Itulah realitas yang dituturkan oleh seorang germo perempuan. Ia memaknai dunia esek-esek adalah manifesto kehidupan di mana tuhan memberi imbalan rizki atas pekerjaannya. Dunia takdir ia yakini sebagai mekanisme menghilangkan stressor disaat uang tidak memihak kepadanya karena sepi pelanggan. Ia bertasbih dengan berujar "ya..lekne kersane ngalah oleh rizki kan lancar-lancar wae... Neng pas ketiban apes yo mungkin wis takdire, yo diterima wae." Sebuah spirit majbur sebagaimana kalangan Jabariyah memancangkan doktrin teologisnya. Tidak usah diributkan. Itulah harmoni dan aura Parangkusumo.

Menuai badai Parangkusumo
12 April 2007

No comments: