Tuesday, July 31, 2007

Sebuah neraca makna dari sekian sakit hati

Ada neraca mengimani orang lain
Ada neraca pula mengimani diri sendiri
Sebatas apa kita terbuka pada orang lain
Sepeduli apa kita terhadap diri sendiri
Kalau semua tak lagi mau peduli pada dirimu sendiri

Kau siksa dirimu untuk membalas sakit hatimu
Kau hujat orang lain untuk memuaskan dirimu sendiri
Atau kau mampatkan kehidupan ini dengan cara-caramu sendiri

Serimbun apapun, tapi kalau tak berbuah
Kau dalili kebenaranmu untuk memuaskanmu hari ini
Kau hakimi orang lain melalui dalil-dalilmu
Kau sucikan kejahatanmu dengan dalil-dalilmu
Sementara sistem-mu tak kau hiraukan rusak oleh nalar-nalar setanmu

Lantas hidup dalam sistemmu ini apa kau harapkan agar aku menyembahmu seperti tuhan, atau kau tuhankan dirimu agar orang lain takut dan patuh tanpa syarat padamu sebegitu amat bodoh.
Kalau begitu tidakkah aku kau bodohi dengan ayat-ayat sucimu agar diriku ini menerima kau sebagai tuhan keduaku, atau itu kau produksi demi popularitasmu di mata orang lain, sementara teman dan rekan kerjamu kau lainkan begitu saja sampai tak sanggup kau dengan suaranya untuk sekedar sedikit memberi saran agak positif.
Serimbun apapun ayat-ayat suci kita dengung dan tulis sampai di lantai-lantai, bahkan di WC-WC kau tuliskan juga ayat suci, tapi kalau perangaimu tak juga kau sadari dalam umpatan batinmu demi kuasa diri, serimbun apapun pohon itu, tak berbuah bagi sejuta nafkah yang terpisah dari mimpi-mimpimu.

1 comment:

MAHPUR said...

Silahkan memberi komentar bagi pembaca sebagai sharing dan diskusi lebih lanjut