Sunday, October 24, 2010

Tidak Pernah Memerangi karena Alasan Teologi

Malang, Qita Online. Dalam sirah nabawiyah tidak ditemukan bahwa Muhammad berperang karena alasan perbedaan keyakinan. Muhammad juga tidak mengajarkan dan memerintahkan untuk membunuh karena orang itu berbeda keyakinan. Begitu senarai yang disampaikan Ustadz Faisol Fatawi, sekretaris Lakpesdam NU Kota Malang dalam pertemuan jamuan “Tukar Informasi Keimanan” di Gereja (GKI) Jalan Bromo 2, pada 22 Oktober 2010. Tujuan tukar informasi keimanan ini bukan ingin membenarkan keyakinan agama lain tetapi belajar mengetahui sumber-sumber keimanan yang diyakini oleh umat lain. Dengan pengetahuan inilah, umat akan dapat lebih terbuka. Saling mengetahui karakteristik masing-masing agama dan dimungkinkan tumbuhkan sikap dan perilaku saling menghargai perbedaan tersebut.
Pertemuan ini diprakarsai oleh FKAUB (Forum Komunikasi Antarumat Beragama) Kota Malang. Tujuan pertemuan ini dimaksudkan sebagai upaya membuka seluas-luasnya fakta-fakta keimanan dari sudut pandang lintas agama. Hadir pada acara ini perwakilan dari 7 komponen yaitu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan.
Peserta jamuan tukar informasi keimanan juga dihadiri dari elemen masyarakat yang beragam. Peserta yang hadir cukup membludak dan berjumlah di atas 100 orang. Yang paling menggembirakan, jamuan ini juga dihadiri oleh masyarakat awam seperti petani dan sejumlah kalangan muda lintasagama seperti dari PMII, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Mahasiswa di sebuah perguruan tinggi Kristen, dan Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Kehadiran kalangan muda ini disambut hangat sebagaimana disampaikan oleh Pdt. Yohanes dan sejumlah peserta. Forum ini menggembirakan karena dihadiri oleh kalangan muda lintasagama. Disinilah tonggak komunikasi lintasagama juga perlu diprakarsai oleh generasi muda kita, begitu kata-kata yang disampaikan oleh Pdt. Yohanes yang disambut tepuk tangan hadirin.
Forum ini bukan untuk debat kusir tentang keimanan, tetapi membuka seluas-luasnya pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan agama-agama, terutama Islam. Begitu penegasan Muhammad Syafik, sekretaris jendral FKAUB yang juga ketua Lakpesdam NU Kota Malang. Di forum ini dinamika ajaran dan praktik keagamaan Islam digali dalam perspektif doktrin dan pemahaman historis. Melalui perspektif historis nuansa keislaman dituturkan dengan rigit oleh Ustadz Faisol Fatawi melalui pembacaan kritis bagaimana Islam itu berkembang dalam praktik kenabian dan sejumlah konflik teologi politik pasca Muhammad yang membawa berbagai perbedaan interpretasi ajaran Islam.
Suatu contoh, Nabi Muhammad pernah menjamu dari kalangan Nasrani Najran ketika di Madinah. Waktu itu Nabi sedang berada di masjid. Nabi kemudian memberikan kesempatan kepada rombongan Nasrani Najran untuk berdoa dan melakukan misa di masjid. Setelah itu Nabi melanjutkan untuk membuka dialog tentang keimanan di antara Islam dan Nasrani. Sebagaimana dijelaskan oleh Faisol, “bahwa sejarah kenabian telah menandaskan bahwa Muhammad itu memiliki jiwa toleran dan mewariskan fakta penghormatan terhadap orang yang berbeda keyakinan. Bahkan ia mengakui eksistensinya dengan mempersilahkan melakukan kebaktian di Masjid. Sejarah ini adalah tonggak pluralisme yang dipancangkan di Madinah”.
Fakta lain tentang pluralisme ini juga dieksperimentasikan oleh pemimpin tersohor Umar bin Abdul Azis, seorang pemimpin bijak dan adil setelah Khulafaurrasyidin. Setelah menundukkan Konstantinopel, beliau mendakwakan agar tetap menjaga keutuhan tempat-tempat ibadah dan melarang untuk merusaknya. Bahkan beliau sempat pula dijamu di gereja dan dipersilahkan untuk sholat di gereja. Ini merupakan warisan berharga. Begitu Muhammad Syafik menambahkan pengalaman-pengalaman historis keislaman.
KH. Khozin, yang juga anggota presidium FKAUB juga menambahkan di dalam sirah nabawiyah terdapat pengalaman seorang intelektual Yahudi bernama Abdullah bin Salam, ketika itu dia minta izin untuk ikut menjemput Muhammad pada saat hijrah. Dia mengatakan, “saya melihat muka Muhammad terpancar orang yang tidak pernah berbuat dosa. Kalimat yang pertama diucapkan oleh Muhammad pada kedatangannya di Yastrib adalah kalimat salam dan perintah untuk menebarkan perdamaian. Dari kabar Abdullah bin Salam, ia juga menambahkan bahwa Muhammad juga mengingatkan agar semua orang untuk selalu menjalin interaksi sosial dalam berbagai bentuk silaturrahmi”.

Tanggungjawab Sosial
Faisol, yang menjadi narasumber di acara ini juga menjelaskan kembali, “paling tidak yang datang malam ini akan menjadi orang-orang yang mendakwakan perdamaian kepada kelompok-kelompok masyarakat di masing-masing tempat tinggal kita. Kalau tidak bisa demikian, paling tidak satu dari kita telah mampu menjadi orang mau dan dewasa dalam mensikapi perbedaan itu”. Kearifan ini yang perlu dipupuk.
Pengembangan penghormatan atas perbedaan iman ini tidak hanya terlembagakan tetapi harus didukung oleh semangat modal sosial dalam kehidupan kita. Ia dapat dipraktikkan melalui semangat dan hubungan antartetangga. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang hadir pada forum ini, nantinya akan bertanggungjawab secara personal untuk mengembangkan nilai-nilai perbedaan ini di masing-masing tempat tinggalnnya.
Menurut Faisol, bahwa Islam itu adalah agama keselamatan. Islam berkembang sebagai jalan memberikan keselamatan. Islam didakwakan untuk melindungi kemanusiaan dan menjamin sebuah keselamatan. Semangat Islam dibutuhkan sebuah cara pengejawantahan nilai-nilai yang humanis. Tidak ada paksaan di dalam agama Islam. Hal ini juga dikatakan oleh seorang anggota Kristiani, Adri Samalo bahwa “soal penghakiman atas benar dan salah dalam beragama sebenarnya bukan urusan manusia, tetapi ia adalah urusan tuhan. Di Kristen juga difirmankan bahwa “masalah penghukuman, penghakiman itu bukan urusanmu, tetapi itu adalah urusanku”.

Melibatkan Guru Agama
Seorang Kristiani, Mujiono mengajukan usulan pada forum ini untuk mengikutsertakan guru-guru agama. FKAUB juga diharapkan menjadi motor/penggerak untuk memunculkan laboratorium pluralisme dengan semangat Pancasila. Karena menurut Faisol, “beragama itu tidak cukup berbekal keimanan, tetapi juga perlu traktak kedewasaan”.
Pelibatan guru agama menjadi penting untuk menghindari cara pandang yang salah terhadap perbedaan-perbedaan agama. Adri Samalo juga mengatakan bahwa keterlibatan FKAUB untuk mendorong kapasitas Guru Agama di sekolah-sekolah adalah tanggungjawab yang harus dikampanyekan melalui berbagai strategi sosialisasi dan pengembangan kurikulum pendidikan agama, agar generasi muda akan mampu menjadi tonggak bagi penghormatan atas perbedaan tersebut.
Begitula catatan yang bisa saya sajikan sebagai senarai membangun dialog lintas agama. Apakah anda punya komitmen untuk mentransformasi semangat-semangat perdamaian lintas agama. Anda dapat memulai dari diri anda sendiri, teman atau tetangga.

6 comments:

Psycho Islami said...
This comment has been removed by the author.
Gwan said...

“bahwa sejarah kenabian telah menandaskan bahwa Muhammad itu memiliki jiwa toleran dan mewariskan fakta penghormatan terhadap orang yang berbeda keyakinan. Bahkan ia mengakui eksistensinya dengan mempersilahkan melakukan kebaktian di Masjid. Sejarah ini adalah tonggak pluralisme yang dipancangkan di Madinah”.

(1. alangkah baiknya jika disertakan riwayat yg tegas ttg kisah Nabi yg katanya mempersilahkan melakukan kebaktian di masjid, 2. bagaimana sebenarnya makna dr pluralisme? utk itu silakan baca http://www.insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24:pluralisme-kerancuan-istilah-dan-pemahaman-&catid=5:anis-malik-thaha agar tdk terjadi kesalahan pemahaman..)


Bahkan beliau sempat pula dijamu di gereja dan dipersilahkan untuk sholat di gereja. Ini merupakan warisan berharga"

sebenarnya hal ini harus dijelaskan lebih lanjut agar nantinya umat Islam tdk salah dlm bertindak, kita fahami bahwa shalat di gereja dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid...

hal-hal seperti ini adalah hal yg sangat sensitif dlm agama, krn sdh menyangkut akidah, Rasulullah saw menganjurkan toleransi kpd pemeluk agama lain, tp sbg muslim kita tetap meyakini bhwa Islam agama yg plg benar. kita harus kritis trhadap msalah ini, apalagi mengenai usulan seorang kristiani yg menganjurkan paham pluralisme diajarkan di sekolah2 (mnurut sy, seharusnya bukan pluralisme, tapi pluralitas). jika seandainya itu dilaksanakan..maka harus diimbagi dengan pelajaran aqidah


mhon maaf jk ada kata2 yg kurang berkenan..

Anonymous said...

“bahwa sejarah kenabian telah menandaskan bahwa Muhammad itu memiliki jiwa toleran dan mewariskan fakta penghormatan terhadap orang yang berbeda keyakinan. Bahkan ia mengakui eksistensinya dengan mempersilahkan melakukan kebaktian di Masjid. Sejarah ini adalah tonggak pluralisme yang dipancangkan di Madinah”.

(1. alangkah baiknya jika disertakan riwayat yg tegas ttg kisah Nabi yg katanya mempersilahkan melakukan kebaktian di masjid, 2. bagaimana sebenarnya makna dr pluralisme? utk itu silakan baca http://www.insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24:pluralisme-kerancuan-istilah-dan-pemahaman-&catid=5:anis-malik-thaha agar tdk terjadi kesalahan pemahaman..)


Bahkan beliau sempat pula dijamu di gereja dan dipersilahkan untuk sholat di gereja. Ini merupakan warisan berharga"

sebenarnya hal ini harus dijelaskan lebih lanjut agar nantinya umat Islam tdk salah dlm bertindak, kita fahami bahwa shalat di gereja dari seluruh madzhab sebagian mengatakan makruh, sebagian mengatakan haram, namun sebagian mengatakan boleh jika diharapkan akan diubah menjadi masjid...

hal-hal seperti ini adalah hal yg sangat sensitif dlm agama, krn sdh menyangkut akidah, Rasulullah saw menganjurkan toleransi kpd pemeluk agama lain, tp sbg muslim kita tetap meyakini bhwa Islam agama yg plg benar. kita harus kritis trhadap msalah ini, apalagi mengenai usulan seorang kristiani yg menganjurkan paham pluralisme diajarkan di sekolah2 (mnurut sy, seharusnya bukan pluralisme, tapi pluralitas). jika seandainya itu dilaksanakan..maka harus diimbagi dengan pelajaran aqidah


mhon maaf jk ada kata2 yg kurang berkenan..

Anonymous said...

mas Q-Wan, dalam kultur Indonesia, pluralisme dipraktikkan tetap dalam koridor aqidah masing-masing. Pengalaman kami yang membangun komunikasi lintas agama pluralisme tidak sekedar pluralitas, tetapi pluralisme adalah cara pandang bahwa orang yang berbeda punya hak yang sama sebagaimana hak-hak manusia yang lain, tidak bisa dikurangi (non derogable right), termasuk mendirikan tempat ibadah

Anonymous said...

you must read xCvOKqkY [URL=]burberry factory outlet[/URL] and get big save OmNcLfeX [URL= ] [/URL]

Anonymous said...

cheap tpsNmGpy [URL=http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/]womens ugg boots[/URL] , for special offer cnfAvYHs [URL=http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/ ] http://www.ugg--outlet-online.blogspot.com/ [/URL]