Monday, November 22, 2010

Masuk Semifinal National Psychology Debat Competition

Surabaya, Qita Online. Perlu rasanya saya bersyukur setelah mendampingi tim mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang berhasil masuk semifinal pada acara National Psychology Debate Competition, dengan tema indigenous psychology. pada Sabtu, 20 Nopember 2010 di Universitas Airlangga Surabaya. Mereka adalah Maya Cs yang dimenejemeni oleh Betty selaku official leader. Tidak terlupakan juga Azro Cs yang masuk dalam babak perempat final. Target ini sungguh luar biasa bagi mereka karena baru pertama kali menjadi peserta debat tetapi sudah mampu bertengger di semifinal yang sejajar dengan mahasiswa dari Paramadina (tim 1 dan 2), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Itu artinya tim Maya Cs telah menyingkirkan sejumlah perguruan tinggi lain, seingat saya, ada UNAIR, UNMUH, UKSW, UII, dan sejumlah tim dari perguruan tinggi lain yang tidak masuk semifinal.
Bahwa ada potensi yang perlu diapresiasi, yakni mahasiswa fakultas psikologi telah mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya. Kita tidak hanya jago kandang. Tim telah menempatkan posisi setara dengan mahasiswa di luar UIN Maliki Malang. Kemampuan debatnya menjadi tidak tanggung, meskipun tidak sampai tahap final. Latihan seminggu ternyata tidak sia-sia. Azro Cs dan Maya Cs telah berjuang memupuk disiplin diri, selalu mengorganisasi kekuatan tim untuk menjadi yang terbaik.
Beberapa catatan sekitar mengapa gugur tidak melaju ke final akan saya nukil sekilas di sini agar menjadi evaluasi dan pelajaran ke depan ketika menghadapi ajang debat. Sejumlah nukilan itu seperti berikut ;
Keyakinan diri. Saya mengamati tim masih belum memaksimalkan rasa percaya diri mereka. Terbayang pada cerita tim, fakultas psikologi UIN Maliki Malang kurang dikenal, sementara ada tim dari UNAIR, UKSW yang sebagian telah berpengalaman dan menjuarai sejumlah ajang debat. Padahal nyatanya, tim dari Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang mampu mengungguli mereka. Artinya, bahwa rasa inferior atau minder tidak semestinya ditempatkan secara berlebihan. Untung ada Betty selaku official yang tidak henti-henti memotivasi tim untuk bangkit dari stereotipe yang tidak menguntungkan dari segi motivasi.
Suara. Saya mengamati, tim kurang menambah nada suara ke bentuk nada tinggi. Hal ini karena akan menentukan kewibawaan dan ketegasan dalam menyampaikan sebuah gagasan. Latihan ini yang menurut saya belum cukup. Padahal kami juga sudah menyadari bahwa tone nada sudah kami siapkan dengan berlatih orasi di tempat terbuka dengan melatih suara-suara tinggi. Namun, saya belum melihat dampak perubahannya. Nada rendah dalam debat kurang menguntungkan karena terkesan kita tidak tegas dan terkesan inferior, meskipun secara substansi menguasai.
Kemampuan menghadari serangan. Nada suara yang rendah juga tidak menguntungkan ketika menghadapi serangan yang arogan. Kemampuan menyerang tim cenderung reaktif. Artinya menunggu pihak lawan untuk menyerang. Nah, ketika secara psikologis perasaan kita tidak siap, seolah tim merasa tersudutkan, padahal secara substansi materi tim mampu menguasai tema debat. Apa yang terjadi, perasaan nerves menghambat kemampuan mengangkat dada dan menaikkan intonasi sepadan dengan lawan untuk menyerang balik hingga mampu mengunci argumentasi lawan. Nah, kemampuan ini yang perlu dipelajari lebih lanjut agar ketika tim diserang, maka tidak gusar dan tertekan, tetapi dengan nada meninggi tim mencoba membangkitkan yoni suara untuk memilih argumentasi arif. Artinya serangan balik bukan dikelola dengan menghardik atau ofensif, tetapi nada dikelola untuk mempertegas argumentasi kunci, bahwa pihak lawan tidak benar dan kebenaran itu terletak pada argumentasi tim dengan tata kelola yang arif.
Pengetahuan. Satu hal yang perlu kita renungkan bersama ketika menghadapi tema debat soal posisi tes psikologi. Mosi dari dewan mengatakan bahwa tes psikologi mampu menjadi alat prediksi untuk sebuah jabatan. Nah, kita seolah kehilangan stock of knowledge terhadap kritik tes psikologi sehingga ketika pada posisi kontrak, tim merasa kualahan. Karena apa ? Kita sudah terbiasa bahwa tes psikologi lepas dari kritik dan itu artinya telah menjadi doktrin. Tim kemudian kebingungan, apa yang bisa diambil sikap kontra atas kritis tes psikologi ? Kesan lain yang saya tangkap soal mosi perdagangan bebas ASEAN dan Sekolah Berstrandar Internasional. Keduanya adalah soal nasionalisme dan ketahanan negara tentang ekonomi sebuah bangsa. Tima juga masih kurang stock of knowledge untuk mengelaborasi pengetahuan kontra dan kritis terhadap dua mosi tersebut. Apa artinya ? Bahwa seorang debator senyatanya perlu wawasan yang luas dan yang penting mampu mengambil argumentasi kritis atas persoalan-persoalan yang ada. Jadi, kita perlu membaca, membaca dan melatih untuk tidak sami’na wa’atho’na terhadap yang kita baca. Pengetahuan kritis ternyata sangat dan amat dibutuhkan, terutama pengetahuan yang terkait dengan indigenous psychology.
Nah, saya kira itu saja catatan yang saya ingin sampaikan sebagai bahan evaluasi sehingga tim dapat merefleksikan untuk bergerak lebih maju lagi. Saya mengapresiasi kemampuan anda sampai ke semifinal. Saya perlu tegaskan bahwa sejumlah potensi baik terkait dengan bakat debat tim sudah dimiliki. Untuk kali ini saya tidak akan mengintrodusir hal tersebut. Potensi baik itu saya kira dapat ditularkan dalam dialog-dialog kecil setelah ini dan ditularkan kepada mahasiswa lain yang ingin melatih diri terampil menjadi ahli di bidang “public speaking”. Atau dibuat saja deh komunitas orator atau debator mahasiswa psikologi. Dua tim yang sudah berpengalaman ini, saya kira bisa menjadi inisiator. Oh ya…Betty kan semangat untuk ide ini.

1 comment:

Anonymous said...

Ini merupakan sumber yang berguna indah yang anda menyediakan dan Anda memberikan gratis tidak ada biaya. Saya suka melihat situs web yang memahami nilai dari sumber yang berguna memberikan kualitas secara gratis. Ini? S yang lama apa yang terjadi di sekitar datang sekitar program..