Cahaya lampu teplok bergoyang menyinari pojok rumah bambu
Terdengar dzikir lembut mengiringi maghrib
Dzikir gayung bersambut bersamaan nyanyian jangkrik
Subhanallah…
krik..krik…
subhanallah
Sosok separuh baya memakai mukena putih bersujud
Lirih, begitu pelan, terdengar begitu pasti, lantunan kata yang terjiwai
Sembari berirama isak tangis yang kecil memecah doa-doa dalam sujud
Mendadak terdengar penutup kata…
Anakku…demimu aku pertaruhkan kerja dan doaku hanya untuk kesuksesanmu
Bukan untuk khianati tuhanmu, apalagi mencampakkan ku…
Aku tak mengharap upah atas asuhanku pada mu,
Bahkan imbalan atau bunga atas harta yang kuberikan,
Tak jua kuberharap kaukembalikan seluruh harta untuk biaya-biaya hidupmu
Semua adalah bakti dari ibu untukmu
Titah tuhan terjelma dalam sanubariku
Tangan jadi sayap
Menerbangi kehidupan untuk menghidupimu
Kaki beralas pelana
Biar lari tak menginjak duri
Biar panas terjinakkan
Mataku bercahaya elang
Selalu terjaga disaat kau tak kuasa melihat dunia dengan renyah
Hati adalah salju
Biar hati selalu berdoa walau kau memarahiku
Tulusku tiada berbatas
Cengkeraman merindukan buah hati di perantauan
Tak saja mimpi menjadi mimpi
Doamu begitu nyaring dalam nafas cita-citaku
Ibu..
Peluklah aku dari kejauhan
Dekap aku biar kembali ke masa lalu
Masa lalu yang indah,
Yang tak berpikir arti dunia
Yang terbebas dari perintah atasan
Yang menangis bukan alasan dipecat dari jabatan
Yang tak selalu mengabdi untuk mendapati cinta
Ibu, kaulah cinta dari cinta
Peringkatmu setaraf dibawah tuhanku
Tuhan, masukkan ibu pada surgamu tanpa hisab
2 comments:
Ditambah lagunya Iwan Fals, Pak..
"Ibu.."
Subhaanallah, indah sekali.
Post a Comment