Tuesday, May 05, 2009

Pengalaman mengatasi anak tantrum (bawel, melawan, tidak menurut)



Pada saat kami sekeluarga berbelanja di sebuah Mall di sudut kota Malang, sebagaimana biasanya, kami juga menyertakan dua anak kami yang masing-masing berumur 6 tahun dan 3,9 tahun. Anak-anak ini memiliki keinginan yang cukup kuat untuk memiliki berbagai pemandangan di setiap icon produk belanja. Kalau kita berpikir permintaan anak-anak ini aneh dan tidak rasional, biasa orang tua bilang pada anaknya,

"buat apa sih nak?, durung wayahe nak?" (belum waktunya nak).

Icon barang-barang di Mall bagi anak kecil merupakan stimulus luar biasa bagi anak. Keragaman barang, warna dengan berbagai pernik, makanan mulai dari permen sampai dengan jenis makanan orang dewasa, baju, alat permainan yang dipajang menjadi penggoda bagi anak-anak seusia tersebut. Jika dibandingkan dengan orang dewasa, memang antara anak-anak dan orang dewasa tidak bisa dibedakan dengan tegas. Dua sosok ini sama-sama dipertontonkan dunia dan gaya hidup sebuah hasrat untuk memiliki (berbelanja). Jika ditinjau dari usia perkembangan, mall adalah lahan pembelajaran tidak dibatasi oleh usia. Semua tingkat umur perkembangan punya kesempatan yang sama mengakses seluruh tontonan yang ada di mall, minimal ditingkat permainan persepsi pendatang.


Kalau orang dewasa saja tidak bisa menahan ingin beli ini dan itu, bagaimana dengan anak-anak. Tentu, mereka lebih tidak bisa menahan hasrat untuk mengambil/meminta semua barang yang dilihatnya menarik dan belum pernah ia lihat.

Daya tangkap yang beragam membuat anak menerima stimulus baru, menarik dan melahirkan respon yang radikal. Anak-anak kita kemudian menjadi anak yang menurut orang tua, tidak menurut, semaunya sendiri. Kalau tidak dipenuhi kebutuhannya seketika itu, anak akan menangis, marah, ngambek, tidak mau diajak pulang dan seringkali kita melihat insiden tangisan anak-anak di dalam mall karena apa yang dimaui tidak dikehendaki oleh orang tuanya. Sebagai orang tua saya kira banyaklah yang mengalami demikian. Apa yang harus dilakukan sebagai orang tua. Berikut ini sebuah pengalaman yang saya terapkan menurunkan tantrum anak melalui pemindahan emosi ke situasi baru. Ketika itu saya juga mengalami kepanikan yang luar biasa. Malu karena anak saya menangis, malu dipandang orang lain dengan persepsi negatif, dan tidak pantas rasanya membawa anak di ruang terbuka, sementara anak saya menangis. Seolah saya tidak bisa mengajari anak saya untuk disiplin diri dan manut.

Beberapa kondisi yang membuat saya menyadari dan mulai sadar melatih diri untuk mengatasi anak dalam situasi tantrum di ruang terbuka akan saya uraikan di sini. Anak yang tantrum ini, terutama anak kedua tadi.

Pertama. latihlah menahan atau memenejemen emosi. Mencoba cuek dengan keadaan. Dengan menahan cuek, kita tidak perlu malu kalau anak kita minta sesuatu yang tidak harus kita turuti dan menangis, cobalah untuk tidak terlalu panik melihat keadaan anak kita. Jangan coba melihat dari persepktif “saya sebagai orang tua” yang dilihat oleh orang lain dengan perasaan, “kok begitu sih ibu/bapaknya”, tetapi sadarilah bahwa jika anak ditolak ia akan bereaksi tantrum (menangis, agresifitasnya meningkat, atau muncul perilaku baru yang tidak kompromi). Kalau kita mencoba memahami ya begitulah reaksi anak, kita akan bisa tenang dan mencoba mencari celah untuk mengambil hati anak.


Kedua. Orang tua (bapak/ibulah) yang paling tahu anaknya. Dengan emosi yang terkendali saya bisa melihat perhatian anak yang terpecah dan segera saya perkuat perhatian itu dengan meningkatkan perhatian pada anak. Lalu anak segera saya ajak dengan gaya bermain dengan berlari-lari kecil sambil bilang, “nak, ayoo kejar ayahh…dan ayoo…pegang ayah…”. Eh, dengan demikian ternyata saya juga bisa memahami anak saya. Jadi, percayalah bahwa kita akan selalu tahu celah untuk memecah perhatian anak yang sedang tertarik pada satu fokus perhatian (yang membuat anak tantrum, jika tidak dipenuhi).


Ketiga. Saya harus posisikan diri saya sebagai anak kecil seusia anak saya. Saya mencoba mencari ruang agak kosong di luar supermarket untuk berekpresi membuat permainan kuda-kudaan. Saya jongkok memerankan sebagaimana kuda-kudaan. Ternyata anak saya tertarik untuk merespon dan menggunakan sebagai sarana bermain lompat-lompatan. Akhirnya anak saya senang dan gembira.


Empat. Biasakan untuk menjadi orang tua yang humoris. Melalui peraga (gerak tubuh/gestur) dan diselingi dengan cerita-cerita kesana-kemari, ternyata saya bisa menghibur anak yang sedang tantrum dan menjadikan peluang lebih kreatif. Orang tua adalah yang paling tahu selera humor anak itu seperti apa. Nah, mengapa kita tidak mengeksplorasi ketrampilan humor ini untuk menangani anak dengan keadaan tantrum.


Lima. Jangan terlalu lama di mall dengan anak-anak. Berlama-lama di mall sebenarnya tidak mendidik anak. Lebih baik mengajak anak untuk bermain di sekitar rumah daripada mengajak berlama-lama di mall. Mall adalah ruang liberal yang tidak bisa kita filter untuk hasrat manusia dan sebagai medan pembelajaran konsumtif bagi siapa saja, bagi anak dan orang tua. Apakah kita hendak membelajari anak kita memiliki gaya hidup konsumtif ?


Demikianlah pengalaman saya mengatasi anak sedang tantrum. Semoga dengan pengalaman ini kita bisa mengurangi sedikit demi sedikit perlakuan kekerasan terhadap anak, dan lebih bisa menurunkan tensi emosi kita dari mengukur emosi atas dasar orang tua ke mengukur emosi berdasarkan emosi anak. Semoga.


Ditulis atas dasar pengalaman sendiri pada Januari 2009

3 comments:

saiful said...

Kalau ke Mall, itu keinginan bapaknya, ibunya atau anaknya ya? :) Saya punya pengalaman untuk tidak membiasakan pergi ke sono. Pingin ajak jalan2 ke sawah aja. Icon nnya nggak jauh2 sama rumput dan benih padi ... Cara ini canggih sekali pas kalau kami nggak ada duit. Tapi kalau ada duit, memang malas ke sawah, enakan ke Mall juga he he. So, sebenarnya saya pingin banyak duit, tapi nggak pingin ke Mall ...

MAHPUR said...

setuju dan menantang punya duit tanpa dibelanjain di mall.

Anonymous said...

http://lumerkoz.edu Thank you, http://soundcloud.com/aricept prorated http://www.comicspace.com/clomid/ lightning http://www.comicspace.com/paxil/ yess posession http://www.comicspace.com/zocor/ braeswood outdoors http://malgorz.com/members/Buy-Accutane.aspx penton plaques