Tuesday, July 20, 2010

Blater dan Ojo Ngemut Inten


Karangkates, News. Tepat di hari awal kerja, pagi itu, Senin, 19 Juli 2010, sejumlah Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim sedang berjibaku dengan lalu lalang kesibukan penyerahan di sejumlah lokasi mahasiswa PKLI antara lain 3 lokasi di sekitar Malang Raya (Sumberpucung, Kedungkandang, Singosari) dan di luar kota berada di Jember, Lumajang, dan Gresik. Lalu lalang dosen menandakan kehidupan fakultas psikologi untuk mendorong penguatan bagi implementasi keilmuan yang dapat disumbangkan pada masyarakat sehingga diharapkan keilmuan psikologi tidak berada di menara gading. Mahasiswa dilatih untuk sensitif terhadap kebutuhan masyarakat.

Secara khusus, saya, pagi itu berkunjung mendampingi penyerahan mahasiswa PKLI di Sumberpucung dan Karangkates. Dua desa di ujung Malang yang berbatasan dengan kota Blitar. Ikut pula bersama rombongan, Rahmat Azis (Pembantu Dekan I), Zainal Habib (Ketua PKLI), Siti Mahmudah (Dosen Pembimbing Lapangan/DPL Sumberpucung) dan saya (Mohammad Mahpur) yang duduk di bangku cadangan DPL. Jumlah mahasiswa yang diserahkan ada 20 Mahasiswa ditempatkan di Karangkates, dan 20 Mahasiswa ditempatkan di Sumberpucung.

Pukul 10.30, kami bertiga dijamu Kepala Desa Karangkates, Tukimun, yang 8 tahun berjalan menjabat kepala desa. Desa yang juga terdapat bentangan dua jembatan indah membendung Sungai Brantas, sungai yang membentang di sepanjang lingkar Jawa Timur. Sosok yang lucu ini menjamu kami dengan ramah dan penuh dengan canda tawa. Sayang kami tidak sempat memfoto kepala desa ini. Kepala Desa yang juga seniman ini sangat kooperatif menerima 20 Mahasiswa PKLI. Dia mengatakan sanggup menjadi pendamping untuk memediasi praktik-praktik keilmuan psikologi di Karangkates bagi mahasiswa. “Saya ini kan, seniman, jadi harus murah senyum dan tidak pernah marah. Tetapi kalau pegel, ya pernah. Pegel itu kan hanya di dalam hati, tetapi kalau marah kan, tidak. Jadi saya tidak pernah marah”, tutur Kepala Desa yang mempunyai tiga anak ini dengan nada melucu. Dalam serah terima ini, hadir jajaran pejabat desa setempat terdiri dari dua Kamituwo, yang disebut oleh Kades sebagai Adipatinya Karangkates dan satu Modin.

Pada kesempatan ini Rahmat Azis, mewanti-wanti agar mahasiswa serius dan menjadikan pengalaman PKLI sebagai pengalaman berharga untuk memecahkan eskalasi teori dengan praktik yang perlu langsung menjadi bahan pelajaran mahasiswa. Menurut PD I ini, bahwa teori dan praktik seringkali mengalami kesenjangan dan melalui PKLI, diharapkan mahasiswa dapat langsung belajar dengan pengalaman (experiential learning) sehingga mahasiswa lebih matang dalam menguasai ilmu psikologi.

Kades yang sudah bercucu ini memperkuat nasihat kepada mahasiswa, agar mereka belajar hidup blater, dan tidak menjadi mahasiswa yang suka “ngemut inten”. Blater artinya, sebagaimana warga Karangkates yang selalu ramah dan murah menyapa, maka tradisi ini juga ditiru bagi mahasiswa agar hidup dengan pola relasi blater, yaitu ramah, bersahaja, dan murah senyum kepada semua warga yang dijumpai. Kades ini juga menyarankan untuk tidak ngemut inten. Yakni membisu seolah dimulutnya sedang memakan inten yang dijaga agar inten (perhiasan intan) tidak dapat dilihat orang lain. Perangai ini jangan dipelihara, tutur Kades yang menyarankan untuk memanggil dirinya mbah saja.

Kades yang suka bercerita, ini juga menceritakan dan mengajak mahasiswa untuk peka terhadap kondisi Karangkates, termasuk bagaimana sejarah Karangkates ditandai dengan dua situs bersejarah yang diperkirakan ada sejak kerajaan Majapahit. Situs itu berupa Batu Tumpuk dan Ganesa. Begitulah Tukimun menjelaskan makna Karangkates melalui dua situs ini. Dia menuturkan dua situs ini sedang digali oleh anaknya yang lulusan bahasa Indonesia dari Universitas Negeri Malang, untuk menjadikan momentum bagi penyejarahan desa Karangkates. Kalau mahasiswa ingin meninjau lokasi ini silahkan. Lokasi desa Karangkates sangat mendukung untuk 20 mahasiswa PKLI, karena di sini terdapat sejumlah lembaga pendidikan seperti SMK Brantas, SMP, PAUD dan satu SLB yang berdiri tepat di depan Balai Desa yang dapat dijadikan sarana pengembangan keilmuan mahasiswa. Selain itu akan ditempati pula basis PLN yang berada di bendungan Karangkates untuk pembelajaran Psikologi Industri. Begitulah penegasan Kades Karangkates yang merupakan desa pecahan dari Sumberpucung. Sebuah desa yang baru berdiri sendiri sekitar 8 tahun yang lalu.

Di pihak Sumberpucung, kami juga dijamu oleh Kepala Desa Sumberpucung, bapak Tamat. Seorang pensiunan Tentara Nasional Indonesia. Beliau juga menyambut baik kedatangan mahasiswa PKLI. Dia mengatakan kalau di sekitar desa ini terdapat lokalisasi PSK (Pekerja Seks Komersial). “Anda jangan terkejut, saya akui memang nyatanya di sini ada tempat tersebut. Ada sejumlah 100 PSK dan 40 Mucikari”. Tukas beliau dengan penuh terang-terangan yang disambut tawa oleh semua yang hadir. Kami sangat menghargai kedatangan Mahasiswa, karena dapat belajar banyak dan memberikan ilmu bagi warga Sumberpucung. Mahasiswa ini akan bergerak di tiga SMP di Sumberpucung yang dibawah bimbingan Siti Mahmudah. Sementara untuk pengabdian masyarakat berada dibawah kendali Abdullah, Sarjana Psikologi yang juga lulusan Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang yang sedang merintis Pesantren Rakyat. (mhp).

1 comment:

moch yusuf said...

dijaman seperti ini ternyata masih ada orang yang masih nguri-uri kebudayan, hidup pak tukimun, trimakasih pak mahfur terimakasih UIN moga keberadaan Mahasiswa UIN di Kec Sumberpucung bisa lebih bermanfaat.