Friday, September 18, 2009
Sampai di sebuah ruas ketika aku jatuh dari sepeda
Akhirnya sampai juga saya di kampung kelahiranku.
Ingatanku di waktu kecil terurai begitu panjang
Bocah yang dulu sebagai teman bergulat waktu kecil telah melahirkan sejumlah buku
Anak perempuan ingusan yang dulu membelajari sepeda aku
Bahkan kini dia seperti tak begitu kenal aku
Tak tahu, entah karena ia telah bersuami dan sudah beranak
Atau ia tidak sanggup teringat ketika aku jatuh bersamanya saat ia membelajari aku sepeda
Yang ia bisa hanya merunduk menyembunyikan wajah masa lalunya dalam wajahnya kini....
Sawah itu sekarang telah banyak bangunan-bangunan toko dan rumah baru
Jalur ketika aku mencari "jangkrik" saat penghujan tak lagi tampak
Hanya jejak di ingatan ini saja yang tertinggal
Atau aku tersenyum sendiri ketika lihat layang layang kini yang lebih janggih
Dia melayang di malam hari berkedip
Layang-layang kini telah berteknologi
Dipasangkan lampu kedip pada layang-layang kini
Kalau aku dulu si pemain layang-layang
Tapi kini aku hanya bisa tonton dengan memberi penjelasan pada si kecil
Dia adalah anakku
Anakku yang tak pernah lihat layang-layang berteknologi ini
Hidup di kota Malang ternyata tak mampu melihat layang-layang bercahaya lampu biru
Di kota sana layang-layangnya begitu mungil dan hanya terbang sore hari....
Tak begitu menarik
Di desa ini layang-layang telah berganti rupa
Berdengung di malam hari, war-wer...
Bercahaya biru di langit indah
Meskipun gerimis
Layang-layang itu tetap melayang di udara
Memecah gelapnya malam
Desa dengan layang-layangku yang telah bertransformasi
Naim, siti, daroini, agus, roni, imam, kang rosyid, kalim (almarhum), kang sop, rokim...
Ke mana yang lain..................
Mengapa aku tidak ingat nama-nama ketika memanggil kembali zaman di mana aku bersenda gurau ketika itu
Yang selalu ranking satu itu, sekarang di mana yaa...........
Mengapa ingatanku telah ditukar oleh hirup pikuk kota Malang
Ke mana engkau kawan.........
Apakah layang-layang yang telah berganti itu telah mengganti memori ini
Kapan kita bisa main layang-layang seperti tempo dulu
Kapan kita bisa mencari jangkrik seperti dulu...............
Salam dariku untukmu semua
Di mana kita bisa bertemu.......
Semoga kita tidak hanya bertemu dalam imajinasi syairku ini.......
Doaku untukmu kawan......
Label:
puisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment